18 July, 2012

Akal dan Wahyu harus bersama demi Akidah seterang mentari

                              MANUSIA TANPA AKAL umpama mata tanpa penglihatan.



                                                                                     NIKMAT AKAL

Sebesar- besar nikmat yang dikurniakan Allah ialah a'kal. dengan a'kal manusia menjadi makhluk berfikir dari mana ia datang (asal)?, untuk apa dia diciptakan ( fungsi)?, kemana dia akan pergi ( selepas melepasi satu tahap ke satu tahap)?.  Dengan akal manusia takjub siapakah yang menciptakan alam ini dimana burung bisa terbang diudara, kapal bisa berlayar dilautan, terpisahnya air masin dari sungai dan air dari lautan, tegaknya langit tidak bertiang, bertukar malam dan siang bersilih ganti, perhiasan alam yang kaya dengan bentuk, warna dan bau??

 AKAL TANPA WAHYU------------------------------------------------------------------------------------------------

Justeru Allah mewahyukan kalamNya menjawab segala bentuk pertanyaan manusia (akidah) . Allah arahkan akal melihat tanda -tanda di seklilingnya bagi dijadikan hujah buat akal, kerana akal akan menolak sesuatu diluar logik. Allah menerangkan segala bentuk amalan yang wajar agar hubungan dengan penciptanya, alamnya dan saudaranya dapat kekal harmoni (ibadah, akhlak dan muamalat). Allah bisikkan pada jiwa- jiwa ini akan tarhib ( rewards) dan targhib ( punishment) agar tetap pada kepercayaan dan amalan yang satu.

A'kal tanpa wahyu , manusia akan membina kepercayaan dengan khayalan. khayalan hanya membawa manusia mereka- reka tuhannya dan lahirlah tuhan yang berbilang- bilang dan bermacam- macam di mana mereka sendiri menaruh syak dengan kemampuan tuhannya? dengan khayalan mereka mencipatakan sikap  kehambaan (penyembahan) yang sedikitpun tidak mampu meraih rahmat bahkan menyempitkan dada menyukarkan lagi liku liku kehidupan. seterusnya mati dalam kejahilan sedangkan disebalik kematian masih ada alam yang mereka tidak mengerti dan gelaplah akan nasibnya disana.

bagaimana dengan akidah kita ? khayalan atau realiti? apakah kita yakin akidah kita benar, akidah mereka salah? apa hujah kita? jika tiada jawapan, akidah kita masih tumpul perlu diasah.


  WAHYU TANPA RASUL----------------------------------------------------------------------------------------------

Rasul diutuskan Allah untuk mengajar manusia liku- liku dari wahyu Allah. Bersamanya hujjah kerasulan agar manusia meyakini kepimpinannya. Sekalipun Rasul telah kembali ke pangkuan Rabbnya tetapi mereka meninggalkan pewaris.

dengan tidak mengangkat rasul dan pewarisnya sebagai pimpinan , manusia akan mengangkat pemimpin yang juga samar- samar fkirannya sama seperti mereka. pastinya  pemimpin ini tidak akan bawa mereka ke mana- mana, maka tetaplah hati mereka dengan persoalan dan keraguan yang tak terjawab. jika tersalah angkat pemimpin, pemimpin itu pula cenderung mengambil kesempatan  ke atas pengikutnya yang dahagakan pimpinan.




kita  juga dahagakan pimpinan, kita juga mahu dipimpin. namun siapakah yang memimpin kita hari ini? pewaris nabikah mereka atau pewaris musuh nabi? bagaimana ingin mengukur?

      

 WAHYU DAN RASUL (syariat)  TANPA AKAL----------------------------------------------------------------

wahyu itu umpama matahari dan akal itu umpama mata. kiranya mata itu celik dan tidak ada cacat pula, nescaya dia dapat melihat matahari ( terjemahan perkataan ibu ibnu taimiah dari buku belitan iblis).

 andainya mata( akal) dibutakan, maka dia tidak dapat melihat luasnya sang suria (syariat) memancarkan sinarnya hingga ternampaklah segala perhiasan, sebaliknya suria  (syariat) yang cahayanya seluas alam tampak sempit dan menyempitkan. maka hilanglah keindahan suria (syariat)  pada orang yang melihat melalui pandangannnya.

bagaimana kita melihat syariat kita? apakah syariat ini meninggalkan dunia dan memartabatkan sufi?  apakah hanya mazhab syafii , ibadah menjadi sah? apakah kewarakan itu dilihat pada jubah dan kopiah? apakah ulamak itu hanya bagi mereka yang berada di pejabat- pejabat agama? apakah mereka yang bekerja di bank bukan ulamak? apakah ustaz itu hanya yang mengajar fekah, akidah dan akhlak? apakah tidak dinamakan ustaz jika dia mengajar bagaimana untuk menjaga tanahair? bukan dinamakan usataz bila dia mengajar sociology? apakah ulamak yang terlibat dalam  perniagaan yang besar dikira ulamak dunia? mereka yang berjemaah yang padanya tiada nama islam bukan jamaah islam? apakah islam itu menggalakkan poligami? apakah islam itu melihat institusi masjid hanya tempat solat dan menyampaikan kitab? apakah islam mengharamkan kita bergaul dengan orang kafir? haramkah memegang anjing dan memeliharanya?

jika jawapan anda kebanyakannya ya? mungkin anda memandang syariat melalui pandangan orang yang meningglkan akalnya ( tanpa mata) atau pandangan orang yang mengenali agamanya secara serpihan (mata yang cacat).


 MENURUT KEPERCAYAAN TANPA WAHYU, RASUL DAN AKAL----------------------------------


apabila taqlid kepada pemimpin yang mendakwa dirinya bersyariat tanpa memeluk wahyu didada, tanpa menyingkap tabir sunnah, tanpa membawa akal bersama , nescaya  wahyu semakin malap dari hidupnya, akidah semakin samar, lalu akal bermaharajalela. bila akal berkuasa, iblis pun datang memperindahkan akal,  jadilah akidah mereka bersimpang siur, sesat lagi menyesatkan.

bagi mereka yang memeluk wahyu seterang mentari dengan cahaya suluhan Rasul akan tetap dalam akidah yang benar dengan siapapun mereka ditemukan, dengan lambaian apapun, dengan ketakjuban apapun, dengan ancaman apapun kerana syaitan hanya memperdayakan mereka di dalam kegelapan kejahilan. 


apakah iman dan ibadah kita berhujjahkan wahyu dan sunnah atau taqlid kepada kata- kata mursyid (guru/ustaz) tanpa akal menyemak?


 jom kita bedah iman kita , dan rawatlah penyakitnya agar akidah yang digendong bisa seterang mentari bukannya samar- samar sesamar bayang- bayang , agar bila hati dminta fatwa mudahlah baginya tanpa keraguan

.

0 people ''rote'':

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
;